BAB 6 : MANUSIA DAN PENDERITAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan penderitaan. Baik itu ringan atau berat. Hidup tidaklah selalu bahagia tuhan memiliki caranya sendiri untuk mengukursebarapa kuat iman kepadanya. Hidup di duniapun tidak selalu menderita, sedih, ataupun susah.

Terkadang saat manusia terlalu terbuai dengan kesenangan duniawi manusia akan melupakan batasan-batasan yang ada sehingga tuhan akan memberikan cobaan untuknya yang membuatnya menderita.

Penderitaan selalu datang tak terduga, manusia takkan pernah tau kapan , jam berapa,  menit keberapa, dan detik keberapa penderitaan akan datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya perlu menjalani hidupnya dengan sebaik baiknya dengan aturan yang berlaku dan sesuai kepercayaan yang ia anut.

1.2.   Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

  1. Pengertian Penderitaan.
  2. Contoh-contoh penderitaan dan penyebabnya
  3. Siksaan.
  4. Pengaruh penderitaan terhadap manusia dan kelangsungan hidupnya.

1.3.   Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui dan memahami tentang hubungan manusia dengan penderitaan.
  2. Untuk memahami berbagai macam penyebab manusia mengalami penderitaan.
  3. Untuk memahami apa saja jenis penderitaan yang terjadi pada manusia berikut dengan contoh contoh kasusnya.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.        Pengertian Penderitaan

Penderitaan adalah bahasa yang sering kita dengar. Penderitaan berasal  dari kata derita.Kata derita berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. penderitaan bisa bersifat lahir dan bersifat batin. Setiap manusia memiliki penderitaan yang berbeda –beda. Manusia dikatakan menderita apa bila dia memiliki masalah, depresi karena tekanan hidup, dan lain lain.

Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.  Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.

Menurut agama penderitaan itu adalah teguran dari tuhan. Penderitaan ada yang ringan dan berat contoh penderitaan yang ringan adalah ketika seseorang mengalami kegagalan dalam menggapai keinginannya. Sedangkan contoh dari penderitaan berat adalah ketika seorang manusia mengalami kejadian pahit dalam hidupnya hingga ia merasa tertekan jiwanya sampai terkadang Ingin mengakhiri hidupnya.

Penderitaan adalah termasuk realitas manusia di dunia. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan.Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Penderitaan adalah bagian dari kehidupan.

2.2.        Siksaan

Penderitaan biasanya di sebabkan oleh siksaan. Baik fisik ataupun jiwanya.Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah.Arti siksaan, siksaan berupa jasmani dan rohani bersifat psikis, kebimbangan, kesepian, ketakutan.

Siksaan Yang Sifatnya Psikis :

Kebimbangan.

memiliki arti tidak dapat menetukan pilihan mana yang akan dipilih.

Kesepian.

merupakan rasa sepi yang dia alami pada dirinya sendiri / jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.

Ketakutan.

adalah sebuah sesuatu yang tidak dinginkan yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar – besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia.

 

penyebab seseorang merasakan ketakutan, antara lain:

  1. Claustrophobia dan agrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup.
  2. Gamang adalah rasa takut akan tempat yang tinggi.
  3. Kegelapan adalah rasa takut bila seseorang berada di tempat gelap.
  4. Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami.
  5. Kegagalan ketakutan dari seseotang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.

2.3.        Kekalutan Mental

Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah sebagai berikut :

  1. nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
  2. nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
  3. Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
  4. Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social
  5. Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
  6. Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.

Tahap – tahap gangguan jiwa :

  1. Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
  2. Usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
  3. Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
  4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
  5. Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
  6. Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.

Sebab-sebab Timbulnya Kekalutan Mental

  1. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
  2. Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi.
  3. Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional.

Proses – proses kekalutan mental:

   Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.

   Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang dicita-citakan. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Sedangkan perjuangan merupakan usaha manusia untuk keluar dari penderitaan.

2.4.        Penderitaan dan Perjuangan

Setiap manusia pasti mengalami penderitaan, baik secara berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya, dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau dialaminya. Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderitaan.

Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidupnya. Allah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.

Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang menentukan hasilnya.

2.5.        Penderitaan, media massa, dan seniman

Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud agar semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikian dapat mengunggah hati manusia untuk berbuat sesuatu.

Media massa adalah alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada asyarakat luas. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap anatara sesama manusia, terutama bagi mereka yang simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari karya tersebut.

2.6.        Pengaruh Penderitaan Terhadap Kelangsungan Hidup Manusia

Penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.

Orang yang merasa dirinya menderita akan mendapat tekanan dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang banyak manusia yang ingin mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan dalam hidupnya. Ini terjadi di karenakan  kekalutan mental. Kekalutan mental merupakan  suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacuan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya.

Gejala- gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental sebagai berikut :

a) Fisiknya sering merasa pusing, sesak napas, demam dan nyeri pada lambung.

b) Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis (kurangnya emosi, motivasi, atau antusiasme).

Terkadang kekalutan  mental bisa berujung pada gangguan jiwa  dikarenakan kepribadiaan yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna sehingga orang tersebut merasa rendah diri.

2.7.        Contoh–contoh Penderitaan dan Penyebabnya

Berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi  menjadi 2 bagian sebagai berikut :

    • Nasip buruk penderitaan ini karenakan perbuatan buruk manusia yang dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya. Perbedaan nasip buruk dan takdir adalah jika takdir di tentukan oleh tuhan sedangkan nasib buruk penyebabnya Karena ulah manusia itu sendiri. Contohnya : penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab tuhan. Namun dengan kesabaran dan tawakal dan optimise  merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan tersebut.
    • Kehilangan orang tua, setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya .tapi kesedihan Karena penderitaan diharapkan tidak berlarut larut karena semua manusia yang hidup pasti akan kembali kepada tuhannya.
    • Kemiskinan , banyak orang yang mederita karena kemiskinan , merasa tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karena kan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan oleh tuhan.
    • Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.

 

Study Kasus

Contoh nyata dalam kehidupan ketika seseorang mengalami siksaan dalam penderitaan seperti banyaknya kasus bunuh diri. Salah satunya adalah artis cantik yang berasal dari negri gingseng Korea Selatan Jang Ja Yeon, ia tewas bunuh diri dengan mengenaskan di rumahnya pada tahun 2009 . Artis cantik yang memiliki peran di drama boys before flowers ini mengakhiri hidupnya di karenakan mengalami depresi yang berkelanjutan.

Ia memilih gantung diri di kamar mandi rumahnya di karenakan ia tidak tahan dengan kerasnya dunia hiburan di negri tersebut. Sebelum ia meninggal Jang Ja Yeon menceritakan apa yang ia alami dalam sepucuk surat, ia mengaku bahwa ia telah dieksploitasi dan di lecehkan secara seksual selama berkarir di dunia hiburan.

Jang Ja Yeon di paksa menjadi budak seks untuk orang-orang kaya demi memuluskan karirnya sebagai artis. Ini adalah salah contoh dari penderitaan dan  siksaan secara fisik maupun batin yang menyebabkan korban menjadi depresi berat dan lemahnya mental sehingga ia memutuskan untuk bunuh diri.

Source : https://rrachman.wordpress.com/2013/10/15/ibd-manusia-dan-penderitaan/ibd2

Makalah Pendidikan Karakter

MAKALAH PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai tindak kriminal dapat dengan mudah kita jumpai baik melalui tayangan televisi maupun secara langsung kita lihat dengan mata kepala sendiri, seperti berbagai tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di lingkungan pemerintahan, BUMN, dan perusahaan swasta. Apa yang kita dengar dan lihat tersebut mengacu kepada satu hal, yaitu karakter. Persoalan yang tidak kalah seriusnya adalah praktiik-praktik kebohongan dalam dunia pendidikan mulai dari menyontek pada saat ujian sampai plagiatisme. Jika sebagai peserta didik sudah terbiasa dengan tipu-menipu atau manipulasi ujian, bagaimana jika telah lulus dan bekerja? Bukankah itu akan melahirkan kembali koruptor-koruptor baru? Bisa jadi, itulah sebabnya korupsi seakan menjadi tiada matinya. Memprihatinkan lagi ketika melihat kenakalan pelajar, seperti tawuran, menyalahgunakan narkotika, kebut-kebutan di jalan, dan kenakalan-kenakalan lainnya. Dalam hal ini, dunia pendidikan turut bertanggung jawab karena menghasilkan lulusan-lulusan yang dari segi akademis sangat bagus, namun tidak dari segi karakter.
Berbagai fakta yang terjadi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter bagi pelajar Indonesia sangat penting. Pelajar termasuk dalam masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa awal dewasa. Usia remaja berada pada kisaran usia 10 tahun sampai usia 21 tahun. Pada masa itu remaja sedang mencari identitas dirinya. Oleh karena itu, remaja harus mendapat pendidikan karakter agar dapat mengarahkan minatnya pada kegiatan-kegiatan positif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan karakter?
2. Apakah perbedaan karakter dengan kepribadian itu?
3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan karakter?
4. Bagaimanakah sekolah sebagai wahana pendidikan karakter itu?
5. Mengapa pendidikan karakter penting bagi remaja?
6. Apakah ada pengaruh dari pendidikan karakter terhadap keberhasilan belajar remaja?

C. Tujuan Penulisan
1. Pengertian karakter.
2. Perbedaan antara karakter dengan kepribadian.
3. Pengertian pendidikan karakter.
4. Sekolah sebagai wahana pendidikan karakter.
5. Pentingnya pendidikan karakter bagi remaja.
6. Pengaruh pendidikan karakter terhadap keberhasilan belajar remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang arti dalam bahasa Inggrisnya adalah “to mark” yaitu menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

B. Perbedaan Karakter dengan Kepribadian
Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian merupakan hal yang bisa dikatakan permanen dan merupakan anugerah dari lahir yang sulit untuk dirubah karena merupakan tanda unik dari masing-masing orang sedangkan karakter dapat dibangun dan menurut para ahli psikolog, ada beberapa nilai karakter dasar manusia yaitu cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.
Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Walaupun manusia memiliki karakter dasar yang baik, tetapi manusia tidak bisa begitu saja memiliki karakter-karakter tersebut. Seperti yag telah dikatakan sebelumnya bahwa karakter itu perlu dibangu tidak seperti kepribadian yang merupakan anugerah sejak lahir seperti quotation word Helen Keller bahwa “Karakter tidak dapat dibentuk dengan cara mudah dan murah. Dengan mengalami ujian dan penderitaan jiwa karakter dikuatkan, visi dijernihkan, dan sukses diraih.”

C. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya juga harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan.
Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil. Pada pendidikan karakter, yang mau dibangun adalah karakter-budaya yang menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual curiosity) sebagai modal untuk mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai dengan nilai kejujuran dan dibingkai dengan kesopanan dan kesantunan (Dirjen Dikdas: 2011).

D. Sekolah sebagai Wahana Pendidikan Karakter
Di sekolah, anak mengalami perubahan dalam tingkah lakunya. Proses perubahan tingkah laku dalam diri anak sesuai dengan nilai-nilai sosial dan kebudayaan yang tertuang dalam kurikulum. Kurikulum pendidikan yang dilaksanakan oleh guru, salah satunya berfungsi untuk membentuk tingkah laku menuju kepribadian yang dewasa secara optimal.
Di sekolah, berlangsung proses transformasi nilai-nilai luhur melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan kata kunci dari proses transformasi nilai-nilai luhur di sekolah. Guru menjadi transformer nilai-nilai luhur kepada peserta didik untuk menjadi bagian dari masyarakat yang berbudaya.
Dalam buku (Wiyani, Novan Ardy; 2012) fungsi transformasi nilai-nilai luhur yang dilaksanakan oleh sekolah mencakup lima dimensi, yaitu:
1. Pendidikan tidak hanya mencakup pengetahuan dan keterampilan semata tetapi juga sikap, nilai, dan kepekaan pribadi.
2. Peran seleksi sosial (mencakup tidak hanya pemberian sertifikat, tetapi juga melakukan seleksi terhadap peluang kerja).
3. Fungsi indoktrinasi.
4. Fungsi pemeliharaan anak.
5. Aktivitas kemasyarakatan.
Sekolah sebagai wahana transformasi nilai-nilai luhur dan pengetahuan anak akan menentukan corak berpikir dan berperilaku yang sesuai dengan norma-norma yang diyakini dan dimiliki masyarakat. Pada gilirannya, kepribadian anak akan terbentuk sesuai dengan akar budayanya dengan kemampuan merespons perubahan di masyarakat.

E. Pentingnya Pendidikan Karakter bagi Remaja
Remaja mengalami gejolak emosi karena perubahan berat dan tinggi badan yang berpengaruh juga terhadap perkembangan psikisnya. Pada masa gejolak itu merupakan masa sulit sehingga remaja memerlukan pengendalian diri yang kuat ketika berada di sekolah, di rumah, di lingkungan masyarakat. Dalam keadaan seperti ini, remaja membutuhkan orang dewasa untuk mengarahkan dirinya. Untuk itu, agar tidak terjurumus pada hal-hal negatif, remaja harus mempunyai pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting diberikan kepada remaja karena masa remaja adalah masa-masa dimana seorang anak mudah sekali menerima pengaruh dari luar baik itu pengaruh baik maupun pengaruh buruk. Jika pengaruh baik itu tidak ada masalah tetapi bagaimana dengan pengaruh buruk? Untuk itulah dengan adanya pendidikan karakter dapat menekan pengaruh yang tidak baik terhadap remaja yang datang dari luar lingkungan.
Dasar pendidikan karakter adalah di dalam keluarga. Jika seorang anak mendapatkan pendidikan karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya. Namun, banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter. Banyak orang tua gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya karena kesibukan atau justru karena lebih mementingkan aspek kognitif saja.
Untuk itulah perlunya pendidikan karakter di sekolah. Namun masalahnya, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek kecerdasan otak, dan belum lama ini pentingnya pendidikan karakter menjadi perbincangan pusat di dalam dunia pendidikan. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-otak terbaik. Artinya, sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya, sejak usia dini, sebagian besar anak-anak akan merasa bodoh karena kesulitan dalam menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Ditambah dengan adanya sistem rangking yang telah mengecap anak-anak yang tidak masuk dalam peringkat 10 besar sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya dapat membunuh rasa percaya diri seorang anak yang akan berdampak tidak baik terhadap perkembangan karakter anak.
Rasa percaya diri yang muncul pada anak akan membuat anak mengalami stress yang berkelanjutan. Pada usia remaja, biasanya keadaan ini akan mendorong untuk berperilaku negative. Maka, tidak heran kita lihat perilaku remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, membolos, putus sekolah yang kemudian itu semua telah membuat menurunnya mutu lulusan SMP dan SMA. Jadi, pendidikan karakter atau budi pekerti lebih adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan. Kalau kita peduli untuk meningkatkan mutu lulusan SD, SMP, dan SMA, maka tanpa pendidikan karakter adalah usaha yang sia-sia.

F. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar Remaja
Pasti kita bertanya-tanya apa sih pengaruhnya pendidikan karakter terhadap keberhasilan belajar remaja? Kita pasti berpikiran apa mungkin pendidikan karakter dapat menjadikan pelajar atau remaja menjadi berprestasi dalam sekolahannya? Berbagai penelitian pun muncul untuk membuktikan dugaan tersebut dan merangkumnya dalam satu ringkasan yang di terbitkan oleh sebuah bulletin, character Educator, yang di terbitkan oleh Character Education Partnership. Dalam bulletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-St. Louis, menunjukkan peningkatan motivasi peserta didik sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komperhensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan drastis pada perilaku negative peserta didik yang dapat menghambat keberhasilan akademik. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek tersebut, pendidikan karakter tidak akan berjalan efektif selain harus dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, seseorang akan memiliki kecerdasan emosi. Dengan memiliki kecerdasan emosi seorang anak akan dapat menyongsong masa depan, dengan pendidikan karakter seseorang akan mampu menghadapi segala macam tantangan yang dihadapinya. Termasuk juga dalam hal mencapai keberhasilan akademis yang akan berdampak bagi kelanjutan kehidupannya demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Kecerdasan emosional di dalamnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan belajar. Berikut ini ada beberapa faktor yang mendorong keberhasilan pendidikan karakter agar mencapai keberhasilan dalam belajar, dalam buku (Wiyani, Novan Ardy; 2012).
1. Rasa percaya diri
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, sebaiknya seorang remaja di bangun agar mempunyai rasa percaya diri yang baik dan kuat. Rasa percaya diri ini dapat membuat anak dapat mengembangkan potensi/bakat yang dimilikinya secara optimal.seperti kita ketahui, setiap orang di dunia ini diberikan anugrah oleh Tuhan memiliki kelebihan masing-masing. Kelebihan tersebut hendaknya kita kembangkan agar nantinya kelebihan yang dimiliki oleh remaja dapat bermanfaat bagi orang lain. Disinilah seharusnya seorang guru jeli untuk membuat peserta didik atau remaja agar memiliki rasa percaya diri agar dapat memunculkan potensi dan bakat yang ada dalam diri peserta didik tersebut.
2. Kemampuan bekerja sama
Salah satu jalan untuk membangun karakter pada remaja adalah dengan cara memunculkan kemampuan kerja sama diantara mereka. Dengan mempunyai sikap kerja sama seorang remaja dapat mencapai keberhasilan dalam belajar, baim di sekolah ataupun nantinya setelah lulus. Menjalin kemampuan kerja sama antara remaja dan orang lain ini dapat di terapkan oleh guru melalui proses pembelajaran yang di dalamnya membentuk sebuah kelompok diskusi, kelompok belajar dan lain sebagainya.
3. Kemampuan bergaul
Seorang remaja harus di bangun karakternya agar mempunyai kemampuan dalam bergaul yang baik di dalam lingkungannya. Kemampuan bergaul adalah kepandaian seseorang dalam menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Kemampuan bergaul ini berhubungan dengan sikap ramah terhadap orang lain dan memperlakukan orang lain sebaik mungkin.
4. Kemampuan berempati
Kemampuan berempati sangat perlu dimiki oleh seorang pelajar atau remaja agar memiliki kedekatan terhadap orang lain. Kedekatan tersebut terjalin karena adanya sikap tenggang rasa, ringan dalam mempberikan bantuan terhadap orang lain dan saling membantu antar sesama. Kemampuan berepati dapat di bangun atas dasar memahami kesedihan orang lain yang terkena musibah. Misalnya saja seorang pelajar atau remaja diajak untuk menjenguk orang yang sakit, orang yang terkkena bencana dan diajak untuk memberikan bantuan yang dapat berupa tenaga, bantuan dan uang.
5. Kemampuan berkomunikasi
Manusia termasuk makhluk sosial, sebagai makhluk sosial kita harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi digunakan untuk menjalin kedekatan dengan orang lain dan untuk berinteraksi secara baik dengan orang lain. Namun, pada kenyataannya masih banyak orang yang belum mampu berkkomunikasi dengan baik, sehingga banyak terjadi konflik dalam berhubungan dengan orang lain. Konflik tersebut berupa terjadinya percekcokkan antar individu, bahkan perkelahian antar warga masyarakat hanya gara-gara tidak memiliki kemampuan dalam berkomunikasi yang baik. Bahkan dalam dunia remaja, banyak terjadi tawuran antar pelajar akibat omongan-omongan yang sifatnya menyinggung perasaan di antara mereka.
Satu hal dasar yang harus dipahami dalam melatih kemampuan berkomunikasi adalah bisa mendengar dengan baik. Inilah kemampuan dasar yang harus terlebih dahulu di kuasai sebelum kita melatih kemampuan peserta didik daalam menyampaikan sesuatu, baik melalui bahasa isyarat, suara atau mulut, maupun lewat tulisan. Sebab, sepandai apapun seseorang berkomunikasi jika tanpa di dasari memiliki kemampuan mendengar yang baik terhadap lawan jenisnya, sesungguhnya orang tersebut telah gagal dalam memahami orang lain.

Pendidikan karakter ini dapat membentuk remaja menjadi berprestasi. Di dalam pendidikan, mereka diajarkan nilai religius yang menguraikan kebaikan agar remaja tumbuh sebagai manusia yang peka terhadap lingkungan sosial. Di samping itu, mereka diajarkan juga nilai toleransi dan nilai cinta damai atau nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk remaja mempunyai sifat pengasih, berbudi pekerti, dan cinta damai. Dalam pendidikan karakter itu mereka diajarkan juga nilai suka bekerja keras, kreatif, mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi yang dapat menjadikan remaja sebagai orang yang berprestasi. Nilai positif dalam pendidikan karakter dapat membentuk remaja yang unggul. Remaja yang memiliki karakter kuat akan tumbuh sebagai remaja yang unggul dan dibanggakan karena sehat secara fisik, stabil dalam emosi, dan intelektualnya yang berkembang baik.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seperti kita ketahui bersama, apa yang telah terjadi pada moral remaja Indonesia. Disana-sini terjadi berbagai kasus yang menyimpang dari nilai-nilai moral yang ada pada masyarakat kita. Misalya saja yang terjadi di kalangan remaja yaitu pergaulan bebas, tawuran, penyalahgunaan narkoba, kekerasan diantara remaja, kebut-kebutan di jalan dan lain sebagainya. Hal tersebut memperlihatkan betapa sudah semakin buruknya moral para remaja. Jika semua bentuk kenakalan tersebut terus terjadi di negara kita ini, bagaimanakah nasib mereka di masa depan? Bukankah remaja adalah salah satu aset yang dimiliki oleh bangsa untuk memajukan bangsa di masa mendatang? Dari kasus-kasus yang terjadi tersebut menandakan betapa pentingnya perbaikan terhadap karakter dan kepribadian para remaja. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan karakter untuk para remaja. Pendidikan karakter sangat penting diberikan kepada remaja karena masa remaja adalah masa-masa dimana seorang anak mudah sekali menerima pengaruh dari luar baik itu pengaruh baik maupun pengaruh buruk. Jika pengaruh baik itu tidak ada masalah tetapi bagaimana dengan pengaruh buruk? Untuk itulah dengan adanya pendidikan karakter dapat menekan pengaruh yang tidak baik terhadap remaja yang datang dari luar lingkungan.

 

Daftar Pustaka

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Wiyani, Novan Ardy. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia.